Ringkasan Singkat
Video ini adalah curhatan Guru Gembul mengenai pengalaman buruknya selama setahun terakhir setelah mengkritik beberapa pihak. Ia merasa difitnah, diteror, dan dikucilkan oleh berbagai kelompok, termasuk oknum Baalawi dan beberapa pihak yang mengatasnamakan Islam. Guru Gembul menjelaskan bagaimana pernyataannya dipotong dan diputarbalikkan untuk menyerangnya, serta dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan profesionalnya. Di akhir video, ia memohon bantuan kepada para penonton (Baraya) untuk melawan fitnah tersebut dan membantu menyebarkan narasi yang benar.
- Guru Gembul merasa difitnah dan diteror setelah mengkritik beberapa pihak.
- Pernyataannya dipotong dan diputarbalikkan untuk menyerangnya.
- Ia memohon bantuan penonton untuk melawan fitnah dan menyebarkan narasi yang benar.
Undangan ke Rabitah Alawiyah dan Dampak Setelahnya [0:05]
Guru Gembul menceritakan pengalamannya diundang oleh Rabitah Alawiyah untuk mempertanggungjawabkan klaimnya tentang tidak adanya hubungan darah antara Rabitah Alawiyah dan Baalawi dengan Nabi Muhammad. Meskipun disambut dengan baik oleh pihak Rabitah Alawiyah, setelah perdebatan terbuka, ia mengalami serangan framing yang intensif dan terus-menerus. Serangan ini berupa fitnah, teror, dan upaya boikot yang sangat mengganggu dan membuatnya merasa terancam.
Curhatan tentang Fitnah dan Framing [2:39]
Guru Gembul mengungkapkan bahwa ia memutuskan untuk curhat di media sosial terbuka setelah diajak oleh Kang Feri Irwandi karena merasa terbebani oleh serangan teror intensif selama setahun terakhir. Ia mencontohkan bagaimana videonya dipotong dan diputarbalikkan, seolah-olah ia mengatakan lebih baik dari Gus Baha, yang memicu kemarahan dari para santri dan kiai. Padahal, dalam video aslinya, ia justru membela Gus Baha.
Fitnah PKI dan Dampaknya [7:55]
Guru Gembul menjelaskan bagaimana ia dituduh sebagai PKI oleh sebagian kaum Baalawi, dengan Ustaz Alvian Tanjung sebagai tokoh yang gencar menyebarkan isu tersebut. Fitnah ini berasal dari pernyataannya yang lagi-lagi dipotong. Ia menjelaskan bahwa ia pernah mengaku sebagai cucu PKI dalam dua konteks: pertama, untuk menunjukkan penderitaan keluarganya akibat ekstremisme golongan kiri, dan kedua, untuk membela para habaib dari tuduhan keturunan komunis Yaman. Namun, pernyataannya diputarbalikkan untuk menyerangnya.
Pengalaman dengan Ustaz Felixiao dan Serangan Berkelanjutan [12:50]
Guru Gembul menceritakan pengalamannya dengan Ustaz Felixiao, di mana kolaborasi mereka difitnah seolah-olah Guru Gembul dipermalukan. Ia juga mengungkapkan bahwa ia terus-menerus diserang melalui buzzer dengan berbagai tuduhan, seperti liberal, PKI, Wahabi, anti-Islam, anti-pesantren, dan anti-kiai. Padahal, ia mengkritik semua pihak berdasarkan perbuatan, bukan pihak itu sendiri. Ia mencontohkan bagaimana kritiknya terhadap kiai-kiai NU juga diframing secara negatif, meskipun ia menyampaikan kritik dengan baik dan tanpa ujaran kebencian.
Kritik Konstruktif vs. Hujatan Baalawi [17:03]
Guru Gembul membandingkan kritiknya yang konstruktif dengan hujatan yang dilakukan oleh kalangan Baalawi terhadap NU. Ia merasa heran mengapa ia yang memberikan kritik membangun justru diframing habis-habisan, sementara orang-orang Baalawi yang jelas-jelas melakukan hujatan tidak mendapatkan sanksi atau pemboikotan. Ia menyimpulkan bahwa ini adalah bagian dari upaya sistematis untuk menghancurkan kredibilitasnya dan menciptakan ancaman terhadap dirinya dan keluarganya.
Permohonan Bantuan kepada Baraya [18:36]
Guru Gembul memohon bantuan kepada para penonton (Baraya) untuk melawan fitnah yang dialaminya. Ia meminta mereka untuk mengambil dan memotong video ini, kemudian membagikannya kepada teman-teman dengan harapan orang-orang yang memfitnahnya akan bertobat. Ia menegaskan bahwa ia tidak pernah menyerang Islam atau ajaran agama apapun, melainkan mengkritik perbuatan umatnya yang memperburuk citra Islam. Ia meminta bantuan untuk membuat klip penyeimbang dan kontra-narasi untuk membantu perjuangannya memperbaiki citra Islam, mendamaikan antar umat beragama, dan memberikan kontribusi positif terhadap bangsa.