Ringkasan Singkat
Video ini membahas tentang pentingnya berdakwah dan berbuat baik tanpa harus menunggu kesempurnaan. Beberapa poin utama yang disampaikan:
- Jangan menunda berbuat baik atau berdakwah karena merasa belum sempurna.
- Amalkan ilmu yang sudah dimiliki, meskipun sedikit.
- Allah akan memberikan ilmu tambahan bagi mereka yang mengamalkan ilmunya.
- Beramal dan berdakwah dilakukan sebisanya ( mastathum ).
- Hindari terlalu banyak bertanya yang justru mempersulit diri.
Pembukaan [0:06]
Pembukaan dimulai dengan salam dan ucapan syukur. Penceramah menekankan pentingnya bersyukur dan meneladani Nabi Muhammad SAW. Beliau juga mengapresiasi mahasiswa Masjid Ulul Azmi yang aktif berdakwah. Tema kajian sore hari ini adalah "Jangan Menunggu Sempurna untuk Berdakwah" dan berbuat baik.
Taklif dan Hijab Hati [3:07]
Penceramah menjelaskan bahwa dalam beragama ada taklif (pembebanan) yang terasa berat namun nikmat bagi orang beriman. Contohnya adalah menundukkan pandangan. Beliau juga menyinggung tentang pentingnya menjaga hijab, tidak hanya secara fisik di masjid, tetapi juga hijab hati.
Doa Malaikat dan Ilmu yang Sedikit [5:41]
Kajian dimulai dengan doa yang biasa diamalkan para malaikat. Penceramah menekankan bahwa semua ilmu berasal dari Allah dan ilmu yang kita miliki hanyalah setitik air di lautan ilmu Allah yang maha luas. Beliau memberikan perumpamaan bahwa ilmu yang didapatkan selama kuliah beberapa bulan hanyalah sebagian kecil dari ilmu yang akan didapatkan selama hidup di dunia dan akhirat.
Pengalaman Pribadi dan Ketidaksempurnaan Manusia [8:27]
Penceramah berbagi pengalaman pribadinya dan menekankan bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Bahkan Nabi Muhammad SAW pun pernah ditegur oleh Allah. Beliau mencontohkan dengan surah Abasa ketika Nabi Muhammad SAW bermuka masam kepada seorang sahabat yang buta.
Learning by Doing dan Kisah Qais bin Sirmah [11:07]
Penceramah menjelaskan bahwa dalam berdakwah dan berbuat baik, ilmunya seperti guru IPA, yaitu learning by doing (belajar dengan melakukan). Beliau menceritakan kisah Qais bin Sirmah, seorang sahabat yang baru masuk Islam dan langsung berpuasa. Karena belum paham betul tentang batasan puasa, Qais bin Sirmah sampai pingsan karena tidak makan dan minum selama dua hari berturut-turut. Kisah ini menunjukkan bahwa beramal sambil belajar itu lebih baik daripada menunggu sempurna.
Kaidah Fikih: Ma La Yudroku Kulluhu [15:46]
Penceramah menjelaskan kaidah fikih " Ma la yudroku kulluhu la yutroku kulluhu " (Apa yang tidak bisa dikerjakan seluruhnya, jangan ditinggalkan seluruhnya). Kaidah ini berarti bahwa jika kita tidak bisa melakukan sesuatu secara sempurna, jangan tinggalkan sama sekali. Beliau memberikan contoh tentang salat dengan baju yang terkena najis dan sedekah yang harus dilatih agar ikhlas.
Senyum adalah Sedekah dan Stres Mahasiswa [23:21]
Penceramah menjelaskan bahwa senyum adalah sedekah yang paling ringan. Beliau juga menyinggung tentang stres yang sering dialami mahasiswa dan berharap agar mahasiswa yang sedang menghadapi ujian atau yudisium diberikan kemudahan.
Hadis: Man Amila Bima Alima [25:17]
Penceramah menjelaskan hadis " Man amila bima alima waratsahullahu ilma ma lam ya'lam " (Barang siapa yang beramal dengan apa yang dia ketahui, maka Allah akan ajarkan ilmu yang tidak dia ketahui). Hadis ini menekankan pentingnya mengamalkan ilmu yang sudah dimiliki, meskipun sedikit. Allah akan memberikan ilmu tambahan bagi mereka yang mengamalkan ilmunya.
Menuju Allah Walaupun Pincang [29:36]
Penceramah mengutip kitab Nashaikhul Ibad yang berbunyi " Siru ilallahi urjan wa makasir " (Berjalanlah kepada Allah walaupun pincang dan tertatih-tatih). Ini berarti bahwa dalam keadaan apapun, kita harus terus menuju kepada Allah. Walaupun kita merasa tidak sempurna, tetaplah berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Kisah Abu Hurairah dan Hadis: Fau Minhu Mastathum [34:50]
Penceramah menceritakan kisah Abu Hurairah, seorang sahabat yang meriwayatkan hadis paling banyak. Abu Hurairah berasal dari Yaman dan datang ke Madinah dalam keadaan tertatih-tatih sebagai muhajir. Beliau menekankan pentingnya mencatat dan mengingat apa yang dilihat dan didengar dari Rasulullah SAW. Penceramah juga menjelaskan hadis " Ma nahaitukum anhu fajanibuhu, wa amartukum bihi fau minhu mastathum " (Apa yang aku larang dari kalian, maka jauhilah. Dan apa-apa yang aku perintahkan kepada kalian, maka kerjakanlah sebisanya). Kata mastathum (sebisanya) menjadi inti dari tema kajian ini.
Tajrijiah dan Inqilabiyah dalam Berhijrah [39:56]
Penceramah menjelaskan bahwa dalam beramal syariat, ada yang namanya tajrijiah (bertahap). Beramal dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan masing-masing. Beliau juga menyinggung tentang inqilabiyah (frontal) seperti Umar bin Khattab yang langsung berubah total setelah masuk Islam.
Penutup dan Doa [41:34]
Penceramah menutup kajian dengan hadis tentang sebab kerusakan umat terdahulu, yaitu terlalu banyak bertanya dan menyelisihi nabi-nabi mereka. Beliau menekankan pentingnya melaksanakan perintah agama tanpa terlalu banyak bertanya yang justru mempersulit diri. Kajian ditutup dengan doa.